Sabtu, 27 Juni 2009

Jamur Agaricus Blazei Murril (ABM)








PENGENALAN

Agaricus blazei Murril (ABM) adalah jamur yang masih keluarga dekat dengan jamur Shitake (Lentinus edodes) yakni sama dalam satu Family Agaricaceae dengan klasifikasidan sistematika sebagai berikut :

Devisi

:

Thallophyta

Sub Devisi

:

Eumycetes (jamur sejati)

Kelas

:

Basidiomycetes

Sub Kelas

:

Holobasidiomycetes

Ordo

:

Agaricales

Familia

:

Agaricaceae

Genus

:

Agaricus

Species

:

Agaricus blazei Murril


Agaricus blazei Murril (ABM) berasal dari sebuah kota yang bernama Piedade, Saupaulo, Brazil. Dimana disebut dengan nama Cogumello Do Sol atau Cogumello de deus, juga disebut dengan Himematsutake di jepang. Dengan kondisi iklim suhu 35° C pada siang hari dan 20-25°C pada malam hari dengan kelembaban 80%. Jamur ABM sangat terpengaruh oleh kondisi iklim lingkungan yang ekstrim . Jamur ABM hanya tumbuh secara alami pada bulan Oktober dan April dan sangat sulit untuk tumbuh secara alami sehingga sangat sulit ditemukan dialam. Secara normal ukuran jamur ABM kira-kira tinggi 10-15 cm dengan lebar tudung 7-10 cm. Jamur ABM menghendaki suhu yang lebih rendah dengan sinar matahari tidak langsung yang sangat sedikit.

Perbandingan Berat dan volume sangat penting dimana dalam setiap 12 Kg jamur ABM segar hanya mampu menghasilkan 1 Kg jamur ABM kering, dan ini bisa menjadi lebih sedikit setelah diadakan sortasi atau seleksi produk.

Jamur ABM dapat tumbuh pada kondisi yang hanya benar-benar tepat, sehingga menyebabkan produksi sangat tidak stabil sehingga hanya mampu untuk memenuhi konsumsi di wilayah local Piedad saja. Meskipun import ke Jepang sangat sulit, namun setelah beberapa tahun kemudian Jepang berusaha untuk memproduksi secara besar dalam kondisi yang terkontrol dalam ruang dan ini membuktikan sangat sulit dan tidak bisa menjamin produksi yang stabil. Walaupun kemudian pada tahun 1992 teknik Kyowa telah mencapai sukses pertama kali didunia untuk memproduksi secara besar-besaran dengan perusahaan yang ahli bioteknologi, sehingga mampu menyediakan suplai ABM untuk memenuhi kebutuhan makanan kesehatan.

Sekarang jamur ABM sudah dibudidayakan di Jepang, Brazil, Korea dan USA, juga di Indonesia yaitu di CV Agaricus Sido Makmur Sentosa yang ada di Malang. Jamur ABM yang kami (CV Agaricus Sido Makmur Sentosa ) produksi dibudidayakan secara benar-benar alami atau natural dan tanpa menggunakan bahan kimia atau aditiv sama sekali. 30 tahun lalu seorang Peneliti dari Amerika Serikat telah mencatat bahwa keberadaan penyakit didaerah Piedade sangat rendah, dan ditemukan karena adanya kebiasaan makan jamur ABM didaerah tersebut.

Kemudian seiring waktu jamur ini diperkenalkan ke Jepang. Dr Shoji Shibata, seorang Professor ahli dibidang farmasi dari Universitas Tokyo Fakultas Farmasi dan Dr Tetuo Ikegawa dari Pusat Kanker Nasional, melakukan penelitian pengaruh farmasi dari Jamur Agaricus. Hasil penelitian kemudian dipublikasikan pada Konvensi Umum Asosiasi Farmasi Jepang dan Asosiasi Kanker Jepang. Eksperimen dilakukan pada tikus mencit yang beragam dan menunjukkan bahwa polisakarid beta (β) D Glucan pada ABM sangat berpengaruh untuk meningkatkan system kekebalan tubuh.
Dua macam senyawa polisakarid yang ada dalam jamur ABM ini adalah beta (β) 1,3 D Glucan dan beta (β) 1,6 D Glucan. Menurut hasil test yang dilakukan di Medical Departement of Tokyo University, National Cancer Center Laboratory and Tokyo College of pharmacy, kandungan senyawa tersebut pada ABM tertinggi dibandingkan kandungan pada jamur lain seperti Reishi, Maitake dan Shitake. Selain kedua senyawa polisakarid diatas jamur ABM juga mengadung senyawa lain seperti ergosterol, asam linoleat, asam palmitoreic yang sebaik dengan vitamin B6 dan B12.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar